CERPEN: Asal Mula Nama Imadha

FACEBOOK-CerpenAsalMulaNamaImadha

SURABAYA 1971. Saat itu saya merupakan siswa baru di SMAN 6. Pindahan dari SMAN 4. Saat itu saya duduk di kelas 3IPS1. Salah satu hobi saya yaitu membuat vignete, artikel, puisi, cerpen dan tulisan-tulisan lain dan dimuat di buletin sekolah. Nama buletinnya Elka atau LK, singkatan dari Lingkaran Kreasi. Saya menggunakan nama samaran Imadha. Ternyata, banyak siswa yang mengira cerpen-cerpen yang saya tulis merupakan pengalaman pribadi. Padahal, cerpen yang saya buat merupakan hasil daripada imajinasi.Memang, ada satu dua yang merupakan pengalaman pribad Beberapa siswa mulai kelas 1, 2 dan 3 penasaran dengan cerpen-cerpen yang saya buat dan mencari siapa sih sebenarnya yang bernama Imadha?

Suatu saat jam istirahat.  Ada siswi dari kelas lain masuk ke kelas saya dan kebetulan Tanya ke saya yang sedang mau keluar istirahat.

“Mau Tanya, nih…,” tanyanya ke saya.

“Tanya apa?”

“Yang namanya Imadha, siapa,  sih?” dia penasaran.

“Saya…,” jujur saya menjawabnya.

“Kamu? Kok cowok? Bukannya Imadha itu nama cewek?”

“Memang nama cewek. Kenapa?”

“Kok, pakai nama cewek. Kenapa, sih?”

“Ceritanya panjang,” jawab saya.

“Panjang kayak apa? Boleh, dong saya dengar ceritanya?”

“ Boleh. Bagaimana kalau sambil minum es campur?”

“Boleh, kalau ditraktir”

Akhirnya, sayapun mengajak siswi itu. Sebagai cowok normal tentu saya mengakui, siswi itu cantik campur manis. Namanya Lia, Kelas 3IPA1. Belakangan saya tahu, dia adalah pacarnya Ridwan, siswa kelas 3IPA2.

Saya dan Liapun akhir minum es campur Pak Urip di Selatan kantor pos, seberang SMAN 6. Es campurnya enak sekali dan cukup dikenal di kalangan masyarakat Surabaya, terutama di kalangan pelajar. Es campur, kacang ijo, roti, pacar China dan campuran lain yang enak rasanya.

Sambil minum, sayapun mulai bercerita ke Lia.

 BOJONEGORO 1968. Saya duduk di bangku SMPN 2 kelas 3. Sebagai cowok normal, tentu tertarik cewek, terutama cewek cantik.  Dia sekolah di SMP lain. Tiap dia berangkat sekolah dan saya juga berangkat sekolah, selalu bertemu di perjalanan. Bedanya, dia naik sepeda saya jalan kaki. Jalan kaki, sebab saat itu saya tinggal di Jl. Trunojoyo No.4, sedangkan sekolahan saya, SMPN 2 jaraknya hanya 100 meter. Dekat sekali.

Karena hampir tiap hari bertemu, maka sayapun mencari cara untuk berkenalan. Kebetulan, ada teman sekelas yang mengenalnya. Katanya, cewek itu tetangganya. Oh ya, teman saya namanya Rahayu, teman satu kelas. Hari Minggu sayapun datang ke rumah Rahayu dan kemudian diperkenalkan dengan tetangganya, siswi yang saya taksir.

“Kenalkan, nama saya Harry,” saya memperkenalkan diri, sambil bersalaman.

“Saya Ika. Ika Permatasari,” sambutnya. Kemudian saya dipersilahkan duduk. Rahayupun minta ijin untuk pulang arena akan membantu ibunya di rumah. Meninggalkan saya dan Ika, berdua saja. Mungkin Rahayu tahu diri.

Dan sayapun ngobrol-ngobrol dengan Ika tentang apa saja. Ternyata, enak sekali bicara dengan Ika. Ngomong apa saja selalu nyambung. Bahkan terkadang diselingi canda dan tertawa. Seolah-olah kami sudah berkenalan bertahun-tahun lamanya. Padahal, baru kenal beberapa menit.

Begitulah, akhirnya Ikapun resmi menjadi pacar saya. Tiap malam Minggu saya pasti ke rumahnya. Tanpa terasa hubungan saya telah berjalan selama empat bulan.

Suatu hari Minggu, tiba-tiba teman saya datang ke rumah. Biasa, minta mangga. Maklum, di rumah saya ada tiga pohon mangga Gadung yang buahnya cukup banyak. Maklum, saat itu sedang musim berbuah.

Yang membuat saya deg-degan yaitu, teman saya yang bernama Mulyoso itu datang bersama teman cewek cantik. Semula saya mjngira cewek itu pacar Mulyoso. Namanya Maya. Lengkapnya Maya Rapshodita. Sayapun diperkenalkan.

Belakangan saya baru tahu kalau Maya adalah teman biasa Mulyoso. Bahkan ada hubungan famili. Karena Mulyoso teman se SMP, sayapun bisik-bisik ke Mulyoso, kalau saya naksir Maya.

“Lho, kan Harry sudah pacaran sama Ika?” Tanya dia.

“Ah, biasa…Namanya juga cowok. Cewek kamu juga banyak, kan?” ganti saya meledek Mulyoso.

“Ha ha ha…Iya, juga, sih”.

Akhirnya, Mulyosopun mengajak saya ke rumah Maya. Cuma, kata Mulyoso, ayah Maya galak. Tidak mungkin ngapeli Maya tiap Minggu. Paling-paling bisa bertemu hanya hari Minggu. Itupun di rumah Mulyosoa, nggak apa-apalah. Begitulah, seperti di sinetron, Mayapun jadi pacar saya kedua. Maya sekolah di SMEA.

Empat bulan kemudian, ketika main ke rumah teman, saya dapat kenalan lagi. Cewek cantik. Namanya Ridha Asokawati. Satu SMP dengan Ika, di SMPN 1. tetapi Ridha masih duduk di kelas dua . Menurut pengakuan Ridha, orang tuanya galak, jadi lebih baik Ridha yang datang ke rumah saya, yaitu tiap Sabtu setiap pulang sekolah. Namun pernah juga bersama-sama ke kolam renang Dander. Orang tuanya tahunya Ridha pergi dengan teman Ridha yang bernama Utty, cewek juga. Padahal di jalan lain, saya sudah menunggu. Jadinya, kami bertiga bersama-sama ke Dander. Bersepeda. Jarak Bojonegoro ke Dander sekitar 14 kilo meter. Saat itu jalannya masih hancur. Begtulah, sejak itu Ridha jadi pacar saya.

BOJONEGORO 1969. Saya duduk di kelas 1 SMAN 1, dulu namanya SMA Negara. Saya mendirikan radio amatir ARMADA-151 di rumah saya yang baru di Jl. Ade Irma No 151 (yang kemudian dapat nomor baru No.5), dalam arti baru ditempati karena rumah yang di Jl.Trunojoyo dijual.  Penyiarnya di samping saya, juga ada yang dari STM, namanya Gatot, Yang dari SMA Katholik namanya Dyah dan Surip Ada yang dari SMAN 1, namanya Santoso (yang kemudian kerja di PT Telkom,di Mojokerto) dan Agus (yang kemudian kerja di PT Telkom, Bojonegoro). Semua penyiar memakai nama samaran dengan nama akhir Mintaraga. Jadi ada Imadha Mintaraga (nama samaran saya). Ada Vita Mintaraga, nama samaran Dyah. Ada nama Arika Mintaraga, nama samaran Gatot dari STM. Ada, Santa Mintaraga nama samaran Santoso. Ada nama Vera Mintaraga, nama samaran Agus. Ada penyiar lain, Bambang Hariyanto, nama samarannya Yenny Mintaraga. Dan Surip memakai nama samaran Erry Mintaraga yang sekarang berubah menjadi Erry Amanda.Memang, semuanya cowok, tapi pakai nama samara cewek semua.

Nah, saya memakai nama samaran Imadha Mintaraga. Imadha berasal dari nama Ika, Maya dan Ridha. Akronimnya “Imadha”.

SURABAYA 1970. Saya pindah ke Surabaya dan melanjutkan sekolah di SMAN 4. Saya punya hobi mengirim puisi atau cerpen ke beberapa surat kabar dengan nama samaran Imadha. Begitu juga sewaktu pindah ke SMAN 6, saya juga memakai nama samaran Imadha. Nah, di SMAN 6, nama Imadha lebih dikenal daripada nama Harry atau Hariyanto. Akhirnya saya menggabungkan nama Hariyanto dan Imadha menjadi Hariyanto Imadha. Jadi, penggabungan nama menjadi Hariyanto Imadha muncul saat saya aktif menulis artikel, cerpen, puisi, vignete dan lain-lain di bulletin sekolah di SMAN 6. Sejlus SMAN 6, saya selalu menggunakan nama Hariyanto Imadha.

“Begitulah, ceritanya…” saya mengakhiri cerita. Kebetulan es campur yang saya minum dan yang diminum Lia sudah habis. Saya dan Liapun kembali ke gedung SMAN 6 . Tinggal menyeberang jalan.

Sejak saat itu, Lia putus dengan Ridwan dan resmi jadi pacar saya.

Catatan:
Cerpen ini berdasarkan pengalaman pribadi, tetapi sudah saya modifikasi, tanpa mengurangi inti cerita yang sebenarnya. Antara lain nama-nama pelaku sebenarnya, penulis samarkan. Artinya, nama  Ika, Maya dan Ridha merupakan nama samaran.  Sejak  saya pindah ke Surabaya, tak ada lagi hubungan dengan Ika, Maya maupun Ridha. Bagi saya, cinta SMP adalah cinta semusim. Bukan cinta dalam arti yang sesungguhnya. Lebih tepat disebut teman tapi mesra. Tidak ada istilah putus atau nyambung. Tidak ada istilah patah hati . Selesai ya selesai.

Hariyanto Imadha

Penulis cerpen

Sejak 1973