CERPEN: Seminggu di Jerman

SESUDAH lulus dari fakultas MIPA, saya jadi penasaran dengan negara yang bernama Jerman. Kebetulan, pacar saya saat itu baru lulus dari fakultas sastra. Namanya Ghea, dan akan mengambil program S-2 di Jerman. Nah, ceritanya saya akan mengantarkan Ghea sekaligus rekreasi di Jerman.

Pertama kali berada di Berlin, agak sulit juga mencari hotel yang murah. Maklum, di rantauan harus berhemat. Namun akhirnya saya dapatkan juga sebuah hotel kecil tetapi bersih dan nyaman.

Sesudah beristirahat sebentar, makan, mandi maka saya dan Ghea-pun segera siap-siap untuk melongok objek wisata.

“Kita ke Brandenburger Tor dulu, Harry” Ajak Ghea yang sudah pernah lima kali berkunjung ke Jerman. Sesampai di Brandenburger Tor, Ghea mengatakan gerbang Brandenburger merupakan gerbang yang bersejarah. Lihatlah gerbang penuh kemegahan ini dari bagian barat. Tempat ini seperti menjadi saksi bisu atas bersatunya Jerman yang dipisahkan akibat kekalahan negeri ini saat Perang Dunia II. Saya cuma manggut-manggut saja. Maklum, saya masih “ndeso” banget.

Setelah foto bersama dengan latar belakang gerbang Brandenburger, saya dan Ghea melanjutkan jalan-jalan ke Unter den Linden yang juga biasa disebut Berlin Walk. Ini merupakan boulevard yang anggun dan asri.

“Kita teruskan” Ajak Ghea menyebrangi jembatan Schloss menuju Schloss Platz. Katanya, rute ini dirancang oleh Friedrich Wilhelm.

“Oh, indah sekali” Saya bergumam mengagumi keindahan panorama alam di sekitar. Saat itu udara cukup dingin. Mantel tebal yang saya pakai rasa-rasanya masih kurang tebal. Agak menggigil juga.

Kemudian saya dan Ghea menuju ke bagian Timur. Bagian timur Unter den Linden kini menjadi objek kunjungan wisata yang menarik. Salah satunya adalah State Opera yang dulunya dipakai sebagai Forum Fridericianum..

Tentu, tak lupa kami mengunjungi objek wisata lain. Yaitu, Reichstag dan Bundestag. Setelah puas lantas mampir ke museum.

“Yuk, kita ke museum” Ajak Ghea yang cantik dan langsing itu. Nama museum itu Checkpoint Charlie.Museum ini paling direkomendasikan untuk dikunjungi di pagi hari.

Terakhir, hari itu saya diajak Ghea ke objek wisata yang dipilih sebagai monumen masa depan kota Berlin ini adalah Fernsehturm atau yang lebih dikenal sebagai menara teve.

Di sini, tak sengaja saya bertemu dengan teman lama. Namanya Wesman yang hari itu 18 Agustus merupakan hari ulang tahunnya.

“Hai! Wesman! Hallo! Wie geht es dir?” Saya sapa Wesman.

“Gute Nachrichten!” Wesman tampak kaget tapi gembira. Kamipun mengobrol sebentar.

“Herzlichen Glückwunsch zum Geburtstag” Saya mengucapkan ulang tahun ke Wesman yang kebetulan jatuh pada hari itu, 18 Agustus.

“Danke” Wesman menjawab senang.

Esok harinya saya dan Ghea ke salah satu pusat belanja yang terkenal. Yaitu di Pentheseleia. Tempat ini berada di Tucholskystraf3e 31. Kendaraan umum yang dapat kami gunakan adalah kereta bawah tanah tujuan Oranienburger Tor.

Pilihan berbelanja lainnya adalah Orlando. Di sini kami dapat memilih beragam jenis sepatu sesuai keinginan.

“Oh! Barangnya bagus-bagus! Harganya juga bagus alias mahal!” Komentar saya ke Ghea. Ghea Cuma tertawa saja.

Orlando terletak di Rosenthaler Str. 48. Saya dan Gheapun dapat mengunjungi Groopie Deluxe, sebuah tempat yang menyediakan berbagai pilihan gaun-gaun malam yang indah serta aneka blazer nan elegan.

Hari berikutnya masih mengunjungi tempat belanja, yaitu di KaDeWe. Bangunan ini terletak di Tauentzienstra ini memiliki luas 60.000 meter persegi. Karena saya ingin membeli barang-barang bermerk, Gheapun mengajak saya ke Quartier 206.

Hari berikutnya saya menemani Ghea untuk mengambil program S-2 untuk jurusan sastra dan budaya Jerman.

Tanpa terasa, satu minggu kami berada di Jerman. Saya merasa senang berpacaran dengan Ghea karena sekaligus dia bisa menjadi guide saya selama di Jerman. Saya benar-benar kagum melihat beberapa objek wisata di Jerman. Sayapun berjanji suatu saat saya akan ke Jerman lagi.

Meskipun demikian, saya lebih menyukai objek wisata di Indonesia karena bersifat natural atau alami. Sedangkan objek wisata di Jerman banyak yang merupakan hasil rekayasa manusia.

Hari terakhir Ghea mengantarkan saya ke bandara. Dan seperti mimpi, pesawat telah take off meninggalkan Jerman.

Hariyanto Imadha

Facebooker/Blogger

CERPEN: Seminggu di Jerman

SESUDAH lulus dari fakultas MIPA, saya jadi penasaran dengan negara yang bernama Jerman. Kebetulan, pacar saya saat itu baru lulus dari fakultas sastra. Namanya Ghea, dan akan mengambil program S-2 di Jerman. Nah, ceritanya saya akan mengantarkan Ghea sekaligus rekreasi di Jerman.

Pertama kali berada di Berlin, agak sulit juga mencari hotel yang murah. Maklum, di rantauan harus berhemat. Namun akhirnya saya dapatkan juga sebuah hotel kecil tetapi bersih dan nyaman.

Sesudah beristirahat sebentar, makan, mandi maka saya dan Ghea-pun segera siap-siap untuk melongok objek wisata.

“Kita ke Brandenburger Tor dulu, Harry” Ajak Ghea yang sudah pernah lima kali berkunjung ke Jerman. Sesampai di Brandenburger Tor, Ghea mengatakan gerbang Brandenburger merupakan gerbang yang bersejarah. Lihatlah gerbang penuh kemegahan ini dari bagian barat. Tempat ini seperti menjadi saksi bisu atas bersatunya Jerman yang dipisahkan akibat kekalahan negeri ini saat Perang Dunia II. Saya cuma manggut-manggut saja. Maklum, saya masih “ndeso” banget.

Setelah foto bersama dengan latar belakang gerbang Brandenburger, saya dan Ghea melanjutkan jalan-jalan ke Unter den Linden yang juga biasa disebut Berlin Walk. Ini merupakan boulevard yang anggun dan asri.

“Kita teruskan” Ajak Ghea menyebrangi jembatan Schloss menuju Schloss Platz. Katanya, rute ini dirancang oleh Friedrich Wilhelm.

“Oh, indah sekali” Saya bergumam mengagumi keindahan panorama alam di sekitar. Saat itu udara cukup dingin. Mantel tebal yang saya pakai rasa-rasanya masih kurang tebal. Agak menggigil juga.

Kemudian saya dan Ghea menuju ke bagian Timur. Bagian timur Unter den Linden kini menjadi objek kunjungan wisata yang menarik. Salah satunya adalah State Opera yang dulunya dipakai sebagai Forum Fridericianum..

Tentu, tak lupa kami mengunjungi objek wisata lain. Yaitu, Reichstag dan Bundestag. Setelah puas lantas mampir ke museum.

“Yuk, kita ke museum” Ajak Ghea yang cantik dan langsing itu. Nama museum itu Checkpoint Charlie.Museum ini paling direkomendasikan untuk dikunjungi di pagi hari.

Terakhir, hari itu saya diajak Ghea ke objek wisata yang dipilih sebagai monumen masa depan kota Berlin ini adalah Fernsehturm atau yang lebih dikenal sebagai menara teve.

Di sini, tak sengaja saya bertemu dengan teman lama. Namanya Wesman yang hari itu 18 Agustus merupakan hari ulang tahunnya.

“Hai! Wesman! Hallo! Wie geht es dir?” Saya sapa Wesman.

“Gute Nachrichten!” Wesman tampak kaget tapi gembira. Kamipun mengobrol sebentar.

“Herzlichen Glückwunsch zum Geburtstag” Saya mengucapkan ulang tahun ke Wesman yang kebetulan jatuh pada hari itu, 18 Agustus.

“Danke” Wesman menjawab senang.

Esok harinya saya dan Ghea ke salah satu pusat belanja yang terkenal. Yaitu di Pentheseleia. Tempat ini berada di Tucholskystraf3e 31. Kendaraan umum yang dapat kami gunakan adalah kereta bawah tanah tujuan Oranienburger Tor.

Pilihan berbelanja lainnya adalah Orlando. Di sini kami dapat memilih beragam jenis sepatu sesuai keinginan.

“Oh! Barangnya bagus-bagus! Harganya juga bagus alias mahal!” Komentar saya ke Ghea. Ghea Cuma tertawa saja.

Orlando terletak di Rosenthaler Str. 48. Saya dan Gheapun dapat mengunjungi Groopie Deluxe, sebuah tempat yang menyediakan berbagai pilihan gaun-gaun malam yang indah serta aneka blazer nan elegan.

Hari berikutnya masih mengunjungi tempat belanja, yaitu di KaDeWe. Bangunan ini terletak di Tauentzienstra ini memiliki luas 60.000 meter persegi. Karena saya ingin membeli barang-barang bermerk, Gheapun mengajak saya ke Quartier 206.

Hari berikutnya saya menemani Ghea untuk mengambil program S-2 untuk jurusan sastra dan budaya Jerman.

Tanpa terasa, satu minggu kami berada di Jerman. Saya merasa senang berpacaran dengan Ghea karena sekaligus dia bisa menjadi guide saya selama di Jerman. Saya benar-benar kagum melihat beberapa objek wisata di Jerman. Sayapun berjanji suatu saat saya akan ke Jerman lagi.

Meskipun demikian, saya lebih menyukai objek wisata di Indonesia karena bersifat natural atau alami. Sedangkan objek wisata di Jerman banyak yang merupakan hasil rekayasa manusia.

Hari terakhir Ghea mengantarkan saya ke bandara. Dan seperti mimpi, pesawat telah take off meninggalkan Jerman.

Hariyanto Imadha

Facebooker

 

http://www.facebook.com/note.php?saved&&suggest&note_id=474314305296